Dicari! Bank Syariah yang Benar-benar Syariah
OPINI Sdr. Chrisnandar Suryo, 20 October 2010 17:35
Tanggapanku ini merupakan tulisanku dalam memberikan beberapa tanggapan atas OPINI Blogger yang dituangkan dalam wadah iB Blogger Competition ini, Semuanya seperti membela Bank Syariah, sebenarnya begitulah yang kudapatkan, kufahami dan kujalankan. Ntah nanti…
Semoga Bermanfaat..!
Begini tanggapanku: 31 October 2010 01:04:03
BAGAIMANA KALAU JUDULNYA DIGANTI MENJADI: “dicari ! ahli syariah untuk mendirikan bank syariah…” hehehehe.
Menarik Mas tulisannya, tapi apa iya setiap nasabah yang macet di Bank Syariah itu, tanpa ada action dari Bank Syariah yang lebih manusiawi, langsung berakhir di Meja Hijau? atau ini hanya kasus kecil yang di blow up untuk sebuah justifikasi pelanggaran syariah? hehehe nanya boleh tho…?Maksudku gini lho Mas, Mas pernah nanya ndak (iseng2 geto) ke nasabah Bank Syariah; apa mereka ikhlas bin rela kalo dana yang mereka invest di Bank Syariah itu seandainya MACET mereka ikut menanggung resikonya? Katakanlah seperti Macetnya pembiayaan dari kasus Mas di atas yang sudah dibawa ke meja hijau itu, apakah nasabah pemilik modal itu RELA selama proses MACET belum selesai maka mereka tidak beroleh bagi hasil? dan kalo akhirnya ternyata MACET beneran merekapun RELA dananya dikurangi / dipotong sejumlah keMACETan yang dialami Bank Syariah? hihihi ngawur ya… Maksudku lagi… kalo nasabah itu SETUJU bersedia menanggung segala resiko dari investasinya di Bank Syariah, maka NDAK PERLU repot toh… kalo ada yang macet, maka Bank berusaha untuk menagih dan kalo tidak berhasil tinggal buat laporan saja ke nasabahnya sambil mencantumkan ayat: “faingkana dzu’usratim fana dziratum ila maysarah, waantashoddaqu khairullakum ingkuntum ta’lamun.” Selesai kan? So, saya kira cukup fair.Lalu untuk yang berhutang… Apakah dia telah menerapkan syariat pada dirinya tentang kewajiban melunasi hutang2nya selagi dia hidup? karena kalau malaikat maut sudah mencabut nyawanya maka PROSES hutang-piutang itu pun menjadi LUNAS.
Demikian tanggapanku, sori.
Agus Rijal Said: 31 October 2010 12:53:40
Mas Hasan: Saya hanya sedikit berpikir tentang posisi Bank Syariah, sebenarnya mau jadi lembaga keuangan komersil (berakad tijaroh) atau berkutat di lembaga keuangan nirlaba (berakad tabarru; yang salah satunya adalah kredit. Masih ada yang lain lho, zakat, pegadaian, takafuli/ asuransi, dll)Seharusnya dijaman reformasi (ketika awal didirikan bank syariah, posisinya jelas di lembaga keuangan komersial dan mempropagandakan akad-akad bisnis syariah, bukan malah nimbrung/ ikut-ikutan mempropagandakan kedit yang seharusnya menjadi garapan lembaga keuangan nirlaba sejenis lembaga zakat, wakaf, dll)AYO REFORMASI PERBANKAN SYARIAH KITA (next judul ya….)Kalo masalah kredit macet jelas dengan skema yang saya paparkan tentang tabarru dan tijaroh akan jadi lain ceritanya, karena dalam tijaroh tidak ada kredit…
Tanggapanku: 31 October 2010 17:43:56
Afwan Mas Rijal, kuulang dikit:”Saya hanya sedikit berpikir tentang posisi Bank Syariah, sebenarnya mau jadi lembaga keuangan komersil (berakad tijaroh) atau berkutat di lembaga keuangan nirlaba (berakad tabarru; yang salah satunya adalah kredit. Masih ada yang lain lho, zakat, pegadaian, takafuli/ asuransi, dll)Seharusnya dijaman reformasi (ketika awal didirikan bank syariah, posisinya jelas di lembaga keuangan komersial dan mempropagandakan akad-akad bisnis syariah, bukan malah nimbrung/ ikut-ikutan mempropagandakan kedit yang seharusnya menjadi garapan lembaga keuangan nirlaba sejenis lembaga zakat, wakaf, dll)AYO REFORMASI PERBANKAN SYARIAH KITA (next judul ya….)Kalo masalah kredit macet jelas dengan skema yang saya paparkan tentang tabarru dan tijaroh akan jadi lain ceritanya, karena dalam tijaroh tidak ada kredit…”
Oke lah Mas Rijal, sembari nunggu Keputusan Pengadilan dari si Pengacara yang ngurusin Nasabah MACET di atas, kita ngintips Bank Syariah kalo gitu.. hehehe
Mas Rijal, Bank Syariah mulai beroperasi di Indonesia tahun 1992, tul kan?Pernah nanya ndak kira2 untuk apa Bank Syariah itu didirikan?Maksudku begini, apakah pendirian itu punya VISI dan MISI?
Nah, menurutku di Bank Syariah sendiri, yang tercermin dari produk yang mereka miliki, kedua akad yang mas permasalahkan itu justru bersinergi dan disitulah keunggulannya.Mereka cari untung sekaligus berbuat kebajikan bak yayasan sosial. Bagiku ini sebuah penerapan syariat yang universal. Coba kita lihat satu persatu akad yang Mas Rijal permasalahkan itu di tataran operasional.
1. Akad Tabarru (transaksi nir laba)Akad ini lebih kepada mengharap Ridha dari Allah Azza wa Jalla daripada TQ dr manusia atas semua transaksi yang dilakukannya, kalau pun ada biaya yang dikeluarkan oleh si pelaku transaksi maka tidak lebih hanya untuk menutupi biaya yang dikeluarkan demi mulusnya transaksi tersebut.contoh: Qardul Hasan, yaitu pinjaman kebajikan atau pinjaman bergulir, dmn si peminjam mengangsur pinjamannya dalam waktu yg telah disepakati tanpa tambahan apapun. Artinya kl minjam 2 juta jw 2 th, mk stlh 2 th total angsurannya berjumlah 2 juta. Tidak lebih. Kl lebih jatuh hukumnya HARAM.Atau, Rahn (gadai) dmn si nasabah yg menggadai emasnya hanya dibebankan sewa atas tempat penyimpanan emasnya misal setiap 1 jt bayar 5 rb/hr, sementara uang tunai yang dia terima pada saat pelunasan dilunasi sejumlah pinjamannya. Tidak Lebih. Lebih jatuh hukumnya HARAM, dll. begitu seterusnya untuk akad Tabarru. Dan yang lebih seru lagi, untuk penabung yang cuma mo cari aman (bukan Investor) disediakan tabungan yang BEBAS BIAYA Bulanan… wuih….Gile bener… sifatnya TITIPAN tapi Bank Syariah boleh pakai itu uang untuk bisnisnya, namun kl si nasabh narik, mk dana mesti tersedia. Begitu jg dgn jasa2 sperti KU, Penerbitan GB, SKB, dll. Fair toch…
2. Akad Tijarah (profit Motif)Yang harus kita tahu adalah bahwa Keuntungan Bank Syariah atas transaksi dengan akad tijarah ini adalah untuk dibagikan kepada nasabah dana (Investor) sesuai dengan besarnya nisbah yang disepakati. Bukan dimakan sendiri hehehe. Beda banggets dengan Bank Tetangga.. dan ini banyak macamnya. O’ya, harus tahu juga ding bahwa Bank Syariah tidak mengenal yang namanya KREDIT, tapi PEMBIAYAAN. Hayo… apa BEDAnya?
Contoh: Mas Rijal mo beli MOBIL seharga 250 jt tp ndak cukup fulusnya 200 jt, kl cukup ngapain juga showan ke Bank Syariah hehehe. Maka Bank Syariah akan membiayai ketidaksanggupan Mas untuk membeli tunai Mobil tersebut dg cara (setelah Mas diukur kemampuannya, maksudnya penghasilannya mampu tidak mengangsur HUTANG yang nanti muncul, yaitu sebesar Harga beli+Margin keuntungan+biaya2 yg dikeluarkan). Kalo “OKE’ maka Bank beli mobil seharga 250jt itu kemudian dijual ke Mas Rijal pada HARGA yang telah disepakati di awal. Selanjutnya Mas Rijal tinggal ngangsur sejumlah yg diTETAPkan sampai LUNAS tanpa ada perubahan angsuran.Itu pengalamanku Minjem di Bank Syariah pas Banggets: “wa ahallallahul bai’a wa harramar RIBA”.
Gimana Mas Rijal… Sori bahasanya enak di aku… hm,
Ayo REFORMASI ILMU KITA…..!!
Chrisnandar Suryo Said: 1 November 2010 11:56:49
Makasih Mas Muhamad…..Untuk judul sih saya lebih suka ke arah institusinya…ahlinya saya yakin lumayan banyak. Justifikasi?? jujur saya tak ingin mem-blow up sesuatu yang saya sendiri yakin besar kecilnya. Hanya berpesan agar kita lebih rasional berdasar kondisi yang ada saat ini.
I Said: 1 November 2010 18:06:36
Setuju Mas kita emang HARUS lebih Rasional berdasar Kondisi saat ini. Tambahannya kalo mo jadi juri jadilah juri yang baik, fair melihat dua sisi supaya PENONTON puas dengan permainan di lapangan, gitu kan..?
Mas, saya mo kasih contoh menarik (case teman saya).Dia dapat pembiayaan 3,5 Milyar dr Bank Syariah utk pembelian 41 ha kebun sawit. ngangsur nya 20 juta/bln krn masih hrs mengeluarkan by pemupukan yg sebenarnya dia hrs ngangsur 50 jt/bln (ndak tau tuh cara Bank Syariahnya ngitungnya) Nah, tahun 2008 harga sawit ANJLOK sampai rp.250/kg sementara harga pupuk melambung tinggi si teman TIDAK MAMPU mengangsur yg 20 jt konon lg yg 50 jt/bln. eh.. Bank Syariah mereschedul Hutangnya, yaitu dengan tambahan waktu 6 bln dan angsuran menjadi 15 jt/bl… Gileee.. gmn itung2an bisnisnya???? Stelah setahun dan kondisipun membaik, bahkan sekarang harga TBS tempatku adalah terbaik di seluruh Indonesia yang kaya raya ini, angsurannya dikembalikan menjadi 45 jt/bln, tapi temenku tetap ndak sanggup mengangsur… Mas tau solusinya? Bank cuma nanya ke dia gimana solusi terbaik yg akan diambil…? Ueeddan Tenaaann !Si teman sadar diri, karena mungkin dia Muslim yang baik dan takut Tuhan seingga tidak mau menggantung Hutang, dia serahkan ke Bank untuk menjual lahan sawitnya untuk menebus/melunasi hutang2nya dan dia sendiripun berjanji mencarikan pembelinya… Nah, sekarang lahan itu dijual 2,9 Milyar dan belum ada pembelinya…Kalo ada yang minat hubungi aku ya.. karena aku juga lagi bantuin teman itu mencarikan pembeli lahan sawit miliknya….Gimana Bro.. itulah kondisi terkini dari sebuah pelayanan Pembiayaan Bank Syariah…Menarik mana dengan Kisah Meja Hijau diatas?
Peace..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar